Tentang Kolam Ikan Bapak

Kalau sudah menyangkut pendidikan anak, setiap orangtua hanya punya satu kesempatan (one shot attempt) untuk memberikan yang terbaik. Dan terus terang, orangtua mana yang tidak ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.


Beberapa hari yang lalu, saya menelepon Bapak saya, yang katanya sedang menyiapkan kolam ikan di Purwokerto. Bapak memang punya latar belakang pendidikan di bidang perikanan, jadi awalnya saya berpikir ini akan menjadi ladang wirausaha atau riset. Tapi ternyata bukan…
Bapak menceritakan rencananya untuk membuat kolam ikan, yang tujuannya agar kelak bila Azka sudah besar, dia bisa bermain ke sana. Di kolam itu Bapak akan mengajarkan cara menangkap ikan, memberi makan hingga membersihkan kolam. Kata Bapak, di dunia yang sarat dengan acara TV dan gaya hidup yang serba hedon ini, seorang anak perlu dibawa ke lingkungan yang berbeda, dimana semuanya sederhana, dekat dengan alam. Merawat ikan di kolam, menurut Bapak akan membuat Azka peka terhadap lingkungan, belajar menyukai dan merawat hewan. Pelan-pelan nanti juga akan ada kandang ayam, dimana Azka bisa belajar menangkap dan memandikan ayam.Saya jadi ingat waktu dulu kami sekeluarga tinggal di Anglesey (saya masih berumur 10 tahun), setiap liburan musim panas, teman-teman kami banyak sekali yang pergi ke rumah pamannya di desa. Mereka di sana membantu kegiatan sehari-hari di peternakan sapi/ ayam Paman mereka. Saatnya masuk sekolah tiba, mereka pun menceritakan kisah masing-masing.Di sana (pada waktu itu, entah sekarang…), masa liburan anak benar-benar dihabiskan untuk melakukan hal-hal baru. Tidak melulu main dengan teman-teman, apalagi seharian di rumah main video game. Sungguh waktu yang terbuang sia-sia bagi anak untuk bereksperimen dengan hal-hal yang berbeda dengan kehidupan sehari-harinya. Kalo dulu waktu saya masih kecil, senang sekali kalau diajak liburan ke Bandung, atau ke rumah kakek di Boyolali. Kenapa? Karena di sana banyak kuda. Bedanya kalau di Bandung, kita bisa naik kuda, dengan dipandu tentunya, tapi kalau di Boyolali, banyak dokar/andong. Dulu saya dan adik selalu minta untuk dipangku oleh Pak kusir, dan diajarkan bagaimana membuat si kuda untuk belok kanan, kiri, jalan dan stop.

Aspek penting lain yang perlu diingat adalah “cerita”. Orangtua sebaiknya memberikan “cerita” atau “makna” di balik setiap pengalaman; dengan demikian ada “pendidikan” terselubung yang tersampaikan ke anak. Seperti teman saya, Idep, saya pun akan rajin mengajak anak saya untuk mengunjungi museum sejak dini. Bukan supaya si anak ikut melestarikan museum atau kebudayaan bangsa et cetera, bukan. Itu terlalu berat. Tapi semata-mata karena museum dipenuhi dengan cerita-cerita yang nyata. Dengan demikian akan menambah wawasan si anak namun dengan media cerita-cerita yang mengasyikkan.

Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk memberikan pengalaman-pengalaman baru pada anak. Mari coret TV, mall, bioskop, video games dari list kita; dan berkeksperimen dengan hal-hal lain.

Oya, selamat tahun baru untuk semua. Semoga tahun 2008 menjadi tahun yang lebih baik.

*Picture taken without permission from www.fantasticfihpond.com

Comments 5

  1. the i.d.E.p January 17, 2008
  2. arida January 17, 2008
  3. arief January 17, 2008
  4. eko99 January 23, 2008
  5. adhi February 29, 2008

Leave a Reply

CommentLuv badge