Puasa di Turkmenistan
Sebanyak 89% dari penduduk Turkmenistan beragama Islam, tapi jangan heran jika malam-malam ramadhan di sini tidak sekhidmat di tanah air; bahkan hampir semua tidak berpuasa.Turkmenistan adalah negara bekas Uni Soviet yang baru merdeka pada tahun 1991. Mungkin karena itulah dinamika kehidupan beragama di sini masih sangat redup. Kegiatan umat muslim di masjid-masjid umumnya dimotori oleh para pendatang (biasanya dari Turki atau Iran).Ramadhan tahun ini cukup berkesan, karena kami berpuasa sebagai kaum minoritas. Di kantor hanya empat orang yang berpuasa, dan keempatnya dari kebangsaan yang berbeda. Saya dari Indonesia dan tiga rekan lain dari Turki, Malaysia dan Algeria.
Imsak di sini jatuh sekitar pukul 05.50 pagi, dan maghrib pada pukul 07.30 malam. Beberapa bulan yang lalu suhu di siang hari bisa mencapai 50oC, tapi syukurlah semakin mendekati musim dingin, suhu sudah kembali seperti biasa (sekitar 30 derajat C).
Koki di kantin kantor kami adalah orang India yang sudah cukup lama tinggal di Turkmenistan, sehingga variasi masakan pun tidak melulu kare, chicken masala atau tikke.Untuk sahur biasanya kita menyantap makanan kadarnya, seperti telur, sop kacang atau makanan sederhana lainnya.
Untuk menu buka puasa di Turkmenistan , Pak Koki kantor tempat bekerja telah menyiapkan sesuatu yang lebih exciting. Kurma Mesir selaku menu appetizer sekaligus pembuka puasa. Kurma ini kering dan penuh keriput, tapi rasanya lebih manis bila dibandingkan dengan kurma yang ada di Indonesia. Ada juga manisan ala Turkmenistan yang penuh warna warni. Turkmenistan mempunyai banyak sekali manisan, dari manisan buah hingga sweet cakes. Hidangan utama bervariasi, dari daging ayam sampai daging kambing, ditumis, dipanggang hingga di semur. Ada satu hidangan Turkmenistan yang menjadi favorit saya, yaitu galobsi; ini terbuat dari bell pepper (paprika hijau yang besar), yang diisi dengan daging sapi cincang ; dan dimasak seperti sambel goreng.
Di sini sangat sulit untuk menemukan sayur yang dimasak, seperti sayur asem, sayur bayam atau tumis kangkung. Salad adalah sajian typical untuk sayuran. Bagi saya dan rekan dari Malaysia, rasanya kurang sedap kalau sayurnya tidak dimasak dan dibumbui. Hal ini berbeda dengan dua rekan yang lain, yang bisa melahap selada, ketimun dan seledri mentah (tanpa sambel!). Masakan Pak Koki selalu sedap dan bervariasi, tapi entah kenapa masih belum bisa mengobati rasa rindu akan hidangan khas Indonesia. Seenak apapun kurma Mesir, rasanya saya lebih memilih kolak pisang buatan ibu mertua saya. Kemana pun pergi, saya selalu membawa abon sapi pedas manis dari simbah saya di Wonogiri. Kadang cukup dengan nasi hangat bisa jadi hidangan sempurna untuk sahur. Tapi ternyata bukan hanya saya yang demikian, rekan dari Malaysia pun membawa sambal ikan bilis buatan istrinya.
Meski jauh dari sanak keluarga, kami berempat bersyukur bisa menikmati Ramadhan bersama-sama di Turkmenistan, negeri antah-berantah yang jarang didengar atau dibicarakan.
halo ini mas Arief Prasetyo yang di TIG itu ya? saya Wazeen mas, sy juga member di TIG tapi nggak aktif, sy sempat kehilangan jejaknya mas Arief di TiG. ok mas salam dari saya :)
wiejjaaann..!!!
mau semor sengkol bos..???
eh,thx kaos kakinya..hehhe
@Wazeen: Thanks for stopping by. Iya dulu aktif banget di TIG, skarang udah jarang sekali. Kangen juga sih NGO-an, trus keliling sana sini menyuarakan aspirasi generasi muda (halah). Salam dari kami untuk Wazeen.
@Escoret: Podo2 Peng.
salam kenal,
masih di turkmenistan?bisa diinfokan gimana selama tinggal di turkmenistan?berhubung suami saya akan pindah based di turkmenistan dan saya cukup khawatir.mohon dibantu bila ada kenalan WNI di sana, email or fb or twitter jd bisa saya jadikan referensi tentang living in turkmenistan.
mohon bantuannya. maklum, ini pertama kalinya ditinggal jauh sekali.
terima kasih
wina
Wina,
Silahkan kontak saya di Turkmenistan.
Saya bisa bantu untuk supply informasi tentang kehidupan di sana.
Nanti akan tinggal di kota apa?
Salam,
Arief