Investasi di Masa Krisis
Menurut saya, ada sedikitnya 3 hal yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi:
- Time horizon, berapa waktu yang anda miliki? Maksudnya, berapa lama lagi Anda membutuhkan uang ini. Apakah investasi ini untuk jangka panjang (pensiun, pendidikan anak), atau jangka pendek (bayar hutang, liburan ke Bali, beli iphone)?
- Risk profile. Versi sederhananya adalah “Berapa banyak uang yang siap anda korbankan?” Semua instrumen investasi memiliki risiko. Tabungan/deposito, memang dijamin pemerintah (LPS) tapi instrumen ini sangat peka terhadap inflasi. Jika tabungan Anda memiliki bunga 7% sedangkan inflasi saat ini 11%, maka sebenarnya nilai uang Anda menyusut setiap tahunnya. Jika Anda investasi di reksadana atau bahkan berinvestasi langsung di bursa saham atau valuta asing, maka Anda akan terekspos ke risiko fluktuasi pasar yang rentan terhadap kebijakan pemerintah, perkembangan ekonomi dunia. Property juga tidak selalu aman; lihat saja krisis di AS saat ini, dimana hutang KPR bisa melebihi nilai jual rumah titu sendiri. Intinya setiap instrumen memiliki risiko, dan seberapa “tahan-banting”-kah kita melihat nilai investasi kita berkurang (kalau bertambah sih namanya bukan risiko :P)
- Diversify, jangan taruh semua telur Anda dalam satu keranjang; alias jangan investasikan 100% dana anda pada satu instrumen.
Yang susah adalah menjaga komitmen dan konsistensi. Komitmen untuk tetap berinvestasi (alias tidak cut-loss di masa krisis seperti ini), dan konsistensi untuk terus berinvestasi. Saat kondisi pasar sedang bullish, mudah sekali untuk menyisihkan sebagian uang untuk menambah investasi. Tapi saat kondisi pasar sedang bearish seperti sekarang, rasanya pasti males untuk melakukan Top-up atau Dollar Cost Averaging (or Rupiah Cost Averaging).
Tapi itulah investasi, kalau time horizon yang direncanakan adalah 5-10 tahun, maka seharusnya tidak perlu khawatir dengan fluktuasi pasar saat ini. Tidak ada kondisi yang buruk melulu, tidak mungkin juga iklim investasi terus-terusan baik. Menabung untuk saat ini bagi saya tidak make sense, karena nilai inflasi yang begitu tinggi. Belum lagi kebutuhan dana di masa datang yang cukup besar untuk pendidikan anak, pensiun, dll.
So brace yourselves, meskipun keadaan ekonomi sedang tidak menentu, program investasi harus tetap jalan. Belum punya program investasi? Mulailah sekarang! Mumpung saham dan NAB reksadana sedang turun, mumpung bunga/bagihasil sedang tinggi di bank, mumpung harga emas sedang turun. Sekecil apapun dan dalam bentuk apapun, saran saya teruslah berinvestasi.
postingan yang menarik,,,
betul sekali disaat krisis seperti ini investasi yang kita ambil harus benar2 relevan untuk jangka panjang,,yup bener kata saudara jgn menaruh invest kita dalam satu instrumen,,,
salam
fikri
kenapa ya mas setiap investasi itu selalu dikaitkan dengan emas..
maksih infonya.. bagus sekali..